Fisioterapi Upaya untuk Meringankan Sakit Stroke
"Bagi penderita stroke, semakin dini penyakitnya dikelola maka persentase kesembuhannya bisa semakin besar."
Pakar
fisioterapi, dr. Budi Susanto mengatakan, penderita stroke dapat dilatih untuk
meningkatkan kualitas hidupnya, serta dapat kembali bekerja kembali dengan pola
gerak yang mendekati normal.
Untuk mendapatkan kembali kesehatan tersebut, Budi menyarankan kepada para penderita stroke melakukan fisioterapi untuk memperbaiki dan meminimalisir kecacatannya.
"Waktu yang diperlukan untuk kesembuhan pasien stroke ini tergantung dari keadaan atau kondisi penderita itu sendiri, seperti berat ringannya kelumpuhan, kemampuan bicara, ada atau tidaknya gangguan koordinasi," katanya di Semarang, Kamis (2/2/2012).
Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudus itu mengatakan, penyakit stroke yang tiba-tiba menyerang sebenarnya dapat disembuhkan dengan pengelolaan stroke sejak dini dan dilakukan secara intensif.
"Bagi penderita stroke, semakin dini penyakitnya dikelola maka persentase kesembuhannya bisa semakin besar. Sebab, terjadinya gangguan peredaran darah yang dialami kecil," jelas dia.
Budi menjelaskan, stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang dapat terjadi secara mendadak dan tidak jarang menyebabkan kematian. Untuk itu, semua pasien stroke membutuhkan fisioterapi di dalam pemulihan kondisinya.
Namun, semakin berat komplikasi stroke, kata dia, tentunya semakin lama dan kompleks pula program fisioterapinya.
Cara kerja fisioterapi pada penderita stroke adalah dengan memberikan latihan-latihan pada penderita baik dengan alat bantu atau tidak, sesuai dengan kemampuan atau kondisi penyakitnya.
Untuk itu, Budi yang juga membuka praktik di Apotek Bina Sehat Semarang itu berharap, fisioterapi bisa membantu penderita untuk dapat melakukan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau dengan sedikit bantuan dari orang lain.
"Dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, harapan hidup penderita stroke sebenarnya juga semakin membaik. Penderita dapat sembuh sempurna, namun seringkali masih ada gejala sisa seperti kelumpuhan anggota gerak, tangan, maupun kaki, dan gangguan koordinasi organ," imbuh dia.
Untuk mendapatkan kembali kesehatan tersebut, Budi menyarankan kepada para penderita stroke melakukan fisioterapi untuk memperbaiki dan meminimalisir kecacatannya.
"Waktu yang diperlukan untuk kesembuhan pasien stroke ini tergantung dari keadaan atau kondisi penderita itu sendiri, seperti berat ringannya kelumpuhan, kemampuan bicara, ada atau tidaknya gangguan koordinasi," katanya di Semarang, Kamis (2/2/2012).
Dokter di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kudus itu mengatakan, penyakit stroke yang tiba-tiba menyerang sebenarnya dapat disembuhkan dengan pengelolaan stroke sejak dini dan dilakukan secara intensif.
"Bagi penderita stroke, semakin dini penyakitnya dikelola maka persentase kesembuhannya bisa semakin besar. Sebab, terjadinya gangguan peredaran darah yang dialami kecil," jelas dia.
Budi menjelaskan, stroke merupakan gangguan peredaran darah otak yang dapat terjadi secara mendadak dan tidak jarang menyebabkan kematian. Untuk itu, semua pasien stroke membutuhkan fisioterapi di dalam pemulihan kondisinya.
Namun, semakin berat komplikasi stroke, kata dia, tentunya semakin lama dan kompleks pula program fisioterapinya.
Cara kerja fisioterapi pada penderita stroke adalah dengan memberikan latihan-latihan pada penderita baik dengan alat bantu atau tidak, sesuai dengan kemampuan atau kondisi penyakitnya.
Untuk itu, Budi yang juga membuka praktik di Apotek Bina Sehat Semarang itu berharap, fisioterapi bisa membantu penderita untuk dapat melakukan pekerjaan dan aktivitas sehari-hari dengan mandiri atau dengan sedikit bantuan dari orang lain.
"Dengan adanya kemajuan teknologi sekarang ini, harapan hidup penderita stroke sebenarnya juga semakin membaik. Penderita dapat sembuh sempurna, namun seringkali masih ada gejala sisa seperti kelumpuhan anggota gerak, tangan, maupun kaki, dan gangguan koordinasi organ," imbuh dia.
Fisioterapi
Pasca Stroke
Penanganan fisioterapi
pasca stroke adalah kebutuhan yang mutlak bagi pasien untuk dapat meningkatkan
kemampuan gerak dan fungsinya. Berbagai metode intervensi fisioterapi seperti
pemanfaatan hidrotherapy dan exercise therapy telah terbukti memberikan manfaat yang besar
dalam mengembalikan gerak dan fungsi pada pasien pasca stroke. Akan tetapi
peran serta keluarga yang merawat dan mendampingi pasien juga sangat menentukan
keberhasilan program terapi yang diberikan.
Secara umum kondisi pasien pasca stroke
sering sekali mengalami masalah pada kestabilan emosional karena adanya
perubahan kemampuan dalam melakukan aktivitas. Hal ini harus anda sadari
sehingga tetap untuk melakukan pendekatan kooperatif. Penanganan dini yang
tepat akan mengurangi tekanan psikologis tersebut.
Seorang pasien stroke selalu merasa putus asa
karena pasien merasa kelumpuhan seakan-akan pasti tidak dapat dipulihkan lagi.
Berikan keyakinan kalau potensi untuk sembuh selalu ada. Motivasi pasien mungkin akan menjadi lebih meningkat jika
pasien dapat merasakan adanya perubahan yang positif setiap diberikan tindakan,
karena yang paling tahu tentang peningkatan kemampuan gerak adalah pasien
sendiri. Untuk itu terapi yang diberikan haruslah tepat.
Pada pasien pasca stroke yang mengalami
kelemahan biasanya hanya pada daerah lengan dan tungkai sementara untuk tubuh
tidak mengalami kelemahan atau tidak selayu anggota geraknya. Biasanya pasien
mampu duduk dengan tegap. Banyak yang mengkondisikan tubuhnya ikut lemah padahal
harusnya pasien bisa melakukan aktivitas duduk.
Beberapa tindakan yang dapat dilakukan jika
kondisi umum keseluruhan stabil menurut Irfan (2011), antara lain sebagai
berikut:
·
Hindari posisi tidur
terlentang sebab posisi tidur terlentang akan membuat otot-otot postur tidak
bekerja dan berdampak semakin cepatnya terjadi penurunan kekuatan otot. Cobakan
dengan posisi duduk dengan sandaran punggung dan tangan atau minimal posisi
tidur miring.
·
Berikan posisi tidur
miring dengan cara (bagi pasien stroke yang mengalami kelumpuhan pada sisi
kiri) à Jika posisi tidur miring kekanan maka
berikan topangan pada lengan kiri dan tungkai kiri dengan menggunakan bantal.
Usahakan posisi kepala sejajar dengan tulang belakang. Jika posisi miring ke
kiri maka posisikan lengan kiri lurus dan geser scapula agak kedepan.
Posisi kaki kiri lurus dan kaki kanan ditekuk dengan sanggahan bantal. Usahakan
kepala sejajar dengan tulang belakang.
·
Berikan perubahan posisi
setiap 1 jam.
Otot pada penderita stroke sering mengalami kelemahan
kemudian atropi (Putra, 2011). Inilah yang juga perlu diperhatikan pada
penderita stroke sehingga memerlukan terapi khusus untuk mengembangkan
kemampuan geraknya kembali. Berikut jenis terapi untuk penderita stroke menurut
Putra (2011):
- Terapi dasar (basic) untuk stroke adalah fisioterapi, melatih otot yang tidak berfungsi dengan baik agar tidak mengalami atropi, mengoptimalkan fungsi otot juga merangsang perbaikan saraf.
- Selanjutnya adalah terapi verbal, beberapa penderita stroke mengalami disfungsi otot wajah sehingga tidak bisa bicara dengan benar, untuk itu terapi verbal sangat perlu.
- Terapi yang lain adalah ADL (Activities of Daily Living) seperti mengancing baju, membuka celana, menyisir rambut, atau berkebun.
- Terapi air atau hidroterapi, bisa dilakukan di kolam renang untuk melatih motorik dengan bergerak-gerak di air. Selama melakukan terapi latihan di air, seorang penderita stroke idealnya dibantu oleh empat orang pelatih, tiga orang berada di dalam kolam renang, sedangkan satu orang berada di luar kolam untuk memantau setiap keadaan yang dialami penderita stroke (Prasetyo, 2009).
- Yang sering terlupakan juga adalah terapi sosial, berinteraksi dengan orang lain juga sangat penting bagi penderita stroke.
Kerusakan pada saraf memang sulit untukdipulihkan
tapi bukan berarti tidak bisa, dengan terapi secara rutin kerusakan bisa
diminimalisir bahkan sembuh.
Berikut adalah beberapa bentuk latihan fisioterapi pasca sroke menurut
Irfan (2009):
·
Gerakkan semua sendi pada
lengan dan tungkai secara perlahan yaitu lurus dan menekuk sebanyak 5 –
7 kali. Gerakan yang diberikan secara perlahan agar pasien dapat ikut
aktif melakukanya.
·
Lakukan secara perlahan
gerakan mengangkat lengan dan mintalah pasien untuk ikut melakukannya
dan berusaha agar siku tidak terdorong keluar. Dan tubuh tetap tegak.
Dengan kata lain pasien berusaha tidak melakukan gerakan kompensasi
dengan tetap menjaga kestabilan tubuh serta mengontrol lengan agar selama
gerakan dilakukan siku tidak terdorong kesamping. lakukan sebanyak 7 kali
pengulangan.
·
Berikan
gerakan-gerakan pada jari-jari dan jangan memberikan regangan berlebihan.
Gerakan yang diberikan antara lain gerakan menekuk kebelakang (dorsal
fleksi) pada pergelagan tangan, menekuk kedepan (fleksi) pada sendi
antara punggung tangan dan jari-jari (metacarpophalangeal joint) dan
meluruskan sendi pada jari-jari. Dapat dilakukan secara terpisah ataupun
bersama-sama dengan pola seperti diatas. lakukan sebanyak 7 kali
pengulangan.
·
Lakukan
gerakan dan peregangan pada jari-jari kaki. Hal ini perlu dilakukan, karena
pada pasien stroke sering mengalami masalah pada penumpuan (Base of
Support). Gangguan penumpuan berupa kecenderungan tumpuan hanya
pada sisi tepi lateral telapak kaki. Hal tersebut mengakibatkan gangguan
informasi tentang posisi yang mempengaruhi kestabilan tubuh.
·
Berikan
sesuatu seperti bola yang empuk untuk diremas-remas oleh tangan penderita
stroke. Setelah agak lancer, coba untuk memutar-mutar pergelangna tangna secara
perlahan. Gerakan ini akan membantu stabilitas dan mobilitas pergelangan tangan
dan jari-jari. Sehingga fungsi jari-jari bekerja dengan baik.
Selain itu, penelitian
terbaru telah mengembangkan robot sebagai alat terpai untu pasien stroke
(Pramudiarja, 2009). dikutip dari BBC, Minggu (18/4/2010) tim peneliti dari Brown
University di Rhode Island yang menemukan alat tersebut menggambarkannya
sebagai power steering untuk lengan. Pasien tinggal meletakkan lengan
atas di alat yang diberi nama MIT-Manus tersebut, lalu melakukan gerakan
tertentu. Robot akan mengenali gerakan, lalu memberi dorongan untuk membantu
jika dibutuhkan.
The New England Journal of Medicine
melaporkan, banyak pasien stroke merasakan peningkatan kualitas hidup setelah
dibantu alat tersebut (Pramudiarja, 2009). Pengamatan dilakukan pada kemampuan
untuk melakukan gerakan sehari-hari seperti memegang sendok-garpu, membuka
botol, hingga menalikan sepatu. Hasilnya, fisioterapi dengan robot maupun
didampingi fisioterapis sama-sama memberikan perbaikan fungsi gerak yang
signifikan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar